Sabtu, 04 Juni 2011

Belajar: Masalah Paradigma

Banyak muncul pertanyaan, ketika tokoh tokoh atau orang orang yang jebolan dari pesantren, yang kemudian menjelma menjadi seorang teroris yg ditakuti hampir oleh seluruh orang di dunia. Apakah di pesantren tidak di ajarkan kedamaian sehngga mereka membuat kerusakan. Apakah di pesantren diajarkan keradikalan agama dan menolak Islam yang moderat.

Islam yang radikal sering diartikan sbgai islam yg keras, yg tak dikenalkan, diajarkan toleransi, sehngga jgankan orang diluar Islam, orang yg Islam sja pasti ia musuhi, kalau ajarannya tak sesuai dgn apa yg mereka anut.

Islam yg modrat acapkali disebt Islam yg toleran. Yg menjunjung tinggi pluralisme dan liberalisme.

Kedua konsep ini memang bertolak belakang, mana yg benar, kta bsa kemblikan kpad Al Quran dan Sunnah.

Lalu apakah ada organisasi atau pesantren yg sengaja mengant kedua paham tersebt, yaitu radikalisme dan liberalisme. Tentu ada? Tak tak semuanya. Krna kita mau menjadi radikat atau plural tergantng pemahaman dasar kita tentang tauhid.

Mengapa Nurkholis Madjid dan Abu Bakar Ba'asyir. Kedua tokoh yg berbeda paham, yitu pluralisme dan radikalisme. Knapa mereka berbda pendapt, bkankah mereka sama sama lulusan Pondok Madani Gontor, itu semua krna cra pandang mereka yg berbda walaupun mereka satu pesantren. Karena msing2 mereka akan tetap pada pendirian masing masing.

Jdi jgan takt masuk kan anak kepasantren. Mungkin takut kalau sudah besar akan menjadi teroris, atau mungkn menjadi orang yg sgat pluralitas, jgan takut. Apa yg mereka bwa tentang pemahamaman dasar Islam terutama Teuntang Tauhd . Itlah yg paling mahal.
PUTRA SIMANDOLAK YANG BERCITA-CITA MASUK SURGA