Rabu, 06 Oktober 2010

Pacaran Menurut Pandangan Islam


Manusia diciptakan oleh Allah ta'ala dengan membawa fitrah (insting) untuk mencintai lawan jenisnya. sebagaimana firmanNya : "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. Ali-Imran : 14).
            Karena cinta merupakan fitrah manusia, maka Allah ta'ala menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan nikmat yang dijanjikan bagi orang-orang beriman di surga dengan bidadarinya. Tapi nampaknya fitrah yang diberikan Allah SWT kepada manusia seringkali dikotori dengan perbuatan yang hina dan mengjinakan.
Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang shalihah." (HR. Muslim). Di dunia yang semakin modern dan peradapan yang makin canggih ini, sangat sulit sekali dijumpai wanita yang menjadi perhiasan dunia itu.
            Bagi para remaja masa – masa muda tentu merupakan masa yang menyenangkan, masa yang paling indah dalam hidup, di mana pada masa inilah terjadi peralihan dari anak-anak menjadi dewasa, dari belum baligh menjadi baligh, dari bebas tanggung jawab menjadi bertanggung jawab. Salah satu hal yang seringkali muncul pada masa ini adalah rasa suka (cinta) kepada lawan jenis. Dalam banyak hal rasa ini sering terwujud dengan adanya pacaran, jadian, atau apalah namanya.
            .Biasanya pacaran juga melalui suatu proses, mulai dari perkenalan, tukar nomor HP, berlanjut pada smsan nelpon nelponan, ketemuan, lama kelamaan bersemailah benih cinta. Yang kemudian benih cinta itu berubah menjadi rasa cinta, serta diiringi keinginan untuk memilikinya. Pada suatu waktu yang telah ditentukan, mereka saling mengungkapkan perasaan, yang kemudian berbahalah status mereka menjadi pacaran. Adakah status ini dalam ajaran Islam.
            Lalu bagaimana Islam memandang fenomena ini. Islam tiding mengenal yang namanya pacarn, paracaran merupakan kultur barat yang sudah menjadi kebiasaan di tengah tengah masyarakat kita. Pacaran akn hanya membawa dampak negative bagi setiap insane yang menjalaninya. Mengapa demikian? Sudah banyak gambaran kehancuran moral akibat pacaran, atau pergaulan bebas yang telah terjadi akibat science dan peradaban modern (westernisasi). Islam sendiri sebagai penyempurnaan dien-dien tidak kalah canggihnya memberi penjelasan mengenai berpacaran. Pacaran menurut Islam diidentikkan sebagai apa yang dilontarkan Rasulullah SAW : "Apabila seorang di antara kamu meminang seorang wanita, andaikata dia dapat melihat wanita yang akan dipinangnya, maka lihatlah." (HR Ahmad dan Abu Daud).
            Dalam kaitan ini peran orang tua sangat penting dalam mengawasi pergaulan anak-anaknya terutama yang lebih menjurus kepada pergaulan dengan lawan jenis. Tapi kebanyakan orng tua malah mengizinkan anak anak pacaran, tapi tidak ada pengawasan yang pasti dari orang tua. Seharusnya setiap orang tua harus memperhatikan apa yang anaknya perbuat, termasuk urusan pacaran ini. Sebenarnya apa sih untung pacaran, tidak lain tidak bukan hanya akan menghabiskan waktu, tenaga, uang dan sebagainya. Adalah suatu keteledoran jika orang tua membiarkan anak-anaknya bergaul bebas dengan bukan muhrimnya. Oleh karena itu sikap yang bijak bagi orang tua kalau melihat anaknya sudah saatnya untuk menikah, adalah segera saja laksanakan. Karena menikah ada jalan terbaik bagi dua insane yang saling menyayangi dan mencintai.. Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya dari data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.
            Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu. Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,”Wanita itu dinikahi karena 4 hal : [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari ). Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.
            Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebaga ta’aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.
            Dalam Al Qur`an sangat jelas sekali Allah SWT mengingatkan kita supaya tidak mendekati yang namanya zina, suatu perbuatan yang sangat dibenci bahkan termasuk dosa besar apabila kita melakukan perbuatan itu. Jangankan untuk melakukannya mendekatinya saja dilarang oleh Islam, seperti dijelasakn dalam firman-Nya berikut ini
“Janganlah kamu sekalian mendekati perzinahan, karena zina itu adalah perbuatan yang keji…(QS. Al-Isra : 32). Pacaran adalah awal untuk mendekati perbuatan zina tersebut. Ingatlah Zina bukan hanya satu, tetapi ada yang namanya zina mata, hati, mulut, telinga. Mustahillah orang yang berpacaran tidak melakukan zina yang empata itu, bahkan mungkin melakukan zina, dengan kategori melakukan hubungan badan seperti hal suami istri.
           
Islam tidak membiarkan umatnya menjalani hidup ini tanpa adanya aturan, islam telah mengatur etika atau abad dengan lawan jenis di antaranya sebagai berikut:
            Pertama, menundukan pandangan terhadap lawan jenis, di sini bukan berarti kita tidak menoleh atau membelakangi lawan jenis kita, apalagi saat berbicara, bahkan perbuatan itu termasuk kuarang sopan, tetapi kita harus menjaga pandangan. Allah memerintahkan kaum laki-laki untuk menundukan pandangannya, sebagaimana firmanNya : Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya." (QS. An-Nur : 30). Sebagaimana hal ini juga diperintahkan kepada wanita beriman, Allah berfirman : Dan katakanlah kepada wanita yang beriman : "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya." (QS. An-Nur : 31).
Kedua, tidak berdua-duaan dengan lawan jenis. Dari Ibnu Abbas RA berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda; "Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (Khalwat) dengan wanita kecuali bersama mahramnya." (HR. Bukhari Muslim). Dari Jabir bin Samurah berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah salah seorang dari kalian berdua-duaan dengan seorang wanita, karena syetan akan menjadi yang ketiganya” (HR Ahmad)
Ketiga, tidak menyentuh lawan jenis. Dari Ma'qil bin Yasar RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi itu masih lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (HR. Thabrani) Sangatlah hina seorang laki laki memegang tangan perempuan yang dijadikannya sebagai pacar, kalau kita lihat pada zaman sekarang bukan hanya pengangan tangan, tapi ciuman, pelukan, sudah menjadi hal yang biasa di kalangan muda mudi saat ini. Berkata Syaikh Al-Albani rahimahullah : "Dalam hadits ini terdapat ancaman keras terhadap orang-orang yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya."
            Inilah sebagian etika pergaulan laki-laki dengan perempuan selain mahram, yang mana apabila seseorang melanggar semuanya atau sebagiannya saja akan menjadi dosa zina baginya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : Dari Abu Hurairah RA dari Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. zina mata dengan memandang, zina lisan dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan serta berangan-angan, lalu farji yang akan membenarkan atau mendustakan semuanya." (HR. Bukhari  Muslim Abu Dawud).
            Setelah kita melihat fenomena di atas, maka tidak diragukan lagi bahwa pacaran tidak diperbolehkan daam Islam, mengapa demikian, karena orang yang sedang pacaran tidak mungkin menundukan pandangannya terhadap kekasihnya, orang yang sedang pacaran biasanya sering berdua-duaan dengan kekasihnya, baik di dalam rumah atau di luar rumah, pacaran identik dengan saling menyentuh antara laki-laki dengan wanita, meskipun itu hanya jabat tangan.
Di dalam pacaran hal hal di atas tentunya tidak bisa di hindarkan. Jadi marilah kita ubah paradigma kita tentang pacaran ini, pacaran juga akan menjadi virus yang ganas lagi mematikan bagi para kaulamuda, oleh karena itu marilah kita berpikir jernih, untuk menghilangkan atatupun setidaknya mengurangi fenomena pacaran ini , salah satu caranya, jangan kita termasuk di dalamnya.

Rendi Ahmad Asori
Siswa kls XII IA 2 MAN Teluk Kuantan
Alumni MTs Babussalam Simandolak, Benai


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PUTRA SIMANDOLAK YANG BERCITA-CITA MASUK SURGA